Film yang diadaptasi dari game berjudul sama ini, menyajikan wanita pemburu hadiah Lilith (Cate Blanchett) yang menerima tawaran dari seorang pengusaha kaya raya Atlas (Edgar Ramiez) untuk menemukan putri kecilnya, Tiny Tina (Ariana Greenbatt), yang dipercaya sebagai pembuka kunci gudang raksasa Eriden di planet Fiksi, Pandora.
Lilith tidak sengaja bertemu dengan sekelompok orang yang ternyata melindungi Tina, dan akhirnya mereka bekerjasama dalam melawan seluruh monster, bandit berbahaya dan pasukan Atlas yang berjumlah besar, untuk menyelamatkan harta planet Pandora sebenarnya.
Film ini merupakan film action sci-fi dengan unsur komedi asal Amerika Serikat, disutradarai oleh Eli Roth, dengan produser dari film populer lainnya seperti Uncharted, Spiderman, dan Venom. Tagline “Chaos Loves Company”, sangat mewakili esensi dari film ini. Bagi para penggemar game adventure-action berjudul Borderland pertama (2007) ataupun sekuel Borderland kedua (2012) atau sejenisnya, wajib untuk menonton Film ini. Karena hampir seluruh plot film yang berdurasi 102 menit ini, merupakan refleksi dari game besutan 2K tersebut.
Adegan aksi heroik dari Lilith dan kelompoknya terasa begitu heroik dan seru. Bagaikan manusia super mereka melawan berbagai penjahat dan monster di planet Pandora, hal ini didukung oleh sinematik , audio dan penggunaan teknologi kamera digital yang mumpuni, sehingga penonton film merasa seperti ada dalam pertarungan aksi tersebut hampir dari awal hingga akhir film. Latar tempat dan suasana film pun unik karena menggambarkan situasi yang kontras, yakni planet Pandora yang bergaya kuno, rustic dan berkontur wilayah padang gurun yang gersang, lengkap dengan kehidupan warganya yang cenderung klasik seperti: bus truck era 80 an, televisi analog, kehadiran robot Clap Tap (suara diisi Jack Black) yang ceriwis dan humoris, mencairkan suasana film yang tegang.
Planet Pandora yang merupakan tempat asal Lilith ini dikisahkan sebagai Planet di galaksi yang memiliki peradaban yang sangat tertinggal, sangat tandus, berbahaya karena banyak monster ganas dan bandit, sekaligus tempat pembuangan sampah dunia di alam semesta. Hal ini berbanding terbalik dengan tempat perusahaan Atlas berada, yang digambarkan sebagai tempat yang sangat modern berteknologi super canggih, dimana memiliki senjata api dengan sinar laser, teknologi uang digital, sampai pesawat tempur mutakhir dan tameng anti peluru digital tembus pandang.
Film ini memiliki rating Parental Guidance (PG-13) sehingga aman untuk disaksikan anak remaja, dengan pengawasan orang tua. Adegan perkelahian dibuat secara detail, namun tidak memberikan efek darah yang terlalu vulgar, juga tidak ada adegan percintaan orang dewasa.
Hal menarik lainnya adalah, film ini memberikan porsi yang cukup besar terhadap isu feminisme. Hampir semua tokoh pemain utama dan pembantu, dipimpin oleh perempuan. Sebut saja, sang jagoan Lilith, putri Atlas Tiny Tina, ilmuan eksentrik Tannis (Jamie Lee Curtis), sampai dengan tokoh antagonis yakni komandan Knoxx (Janina Gavankar), pemimpin dari Crimson Lance Soldier kaki tangan Atlas. Hal ini cukup kontras dengan film action pada umumnya, yang biasanya menitikberatkan pada aksi heroik dengan tokoh utama laki-laki.
Sementara di sisi lainnya beberapa faktor yang masih bisa dikembangkan adalah alur cerita yang tergolong simpel dan mudah ditebak, aksi heroik Lilith dan kelompoknya yang terasa sangat mudah menang melawan begitu banyaknya musuh, tanpa satu anggota kelompoknya yang mendapatkan luka, identik dengan nyawa jagoan yang tidak terbatas persis pada konsol game; dan sedikit aksen Amerika dari Lilith yang terasa agak ganjil.
But, overall, film ini sangat layak ditonton dan menghibur! Film ini cocok untuk ditonton bersama teman, keluarga ataupun kerabat!
Lantas bagaimana apakah Lilith dan kelompok gado-gadonya berhasil menyelamatkan Tiny Tina? Siapakah Putri Atlas sebenarnya? Apakah harta karun di gudang raksasa berhasil diselamatkan?
Film ini tayang di bioskop mulai 9 Agustus 2024.
Reviewer: @ameliyaros