Review The Long Walk (2025)

Cart Items 0

No products in the cart.

poster-film-the-walk

Francis Lawrence kayaknya demen ngegarap cerita distopia. Film ini gelap, tapi ya wajar aja, karena ditulis Stephen King sang maestro horor. Disturbing, in a good way. Pertama kali nonton yang kepikiran cuma, “How is this legal?” Rasanya mirip The Hunger Games, tapi versi ini lebih membumi. Nggak sekadar dunia fantasi jauh di sana, tapi bener-bener kayak cerminan realita: masyarakat secara halus ditekan buat ngelakuin sesuatu yang sebenarnya nggak mereka mau.

Akting para pemain patut diacungi jempol. Paling nyangkut tentu David Johnson. Serius, kenapa orang-orang jarang ngomongin dia? Padahal gila sih, selalu konsisten dia kalau main film. Pernah main di Rye Lane he was sweet sama Alien: Romulus jadi robot. Di sini dia jadi anak Amerika yang hidupnya udah kebanting-banting, dan performanya mantap banget. Cuma sayangnya karakternya agak kurang digali. Nggak ada cacat yang jelas gitu. Pas yang lain ngos-ngosan, hampir nyerah pas udah jalan sepanjang itu, dia masih kelihatan biasa aja, buat situasi sekeras itu. Jadi agak kurang realistis. Mungkin emang maksudnya dibuat simbolis atau ambigu, knowing Stephen King, tapi tetap aja jadinya kurang dalem dibanding tokoh lain.

Karakter-karakter lain bagus penulisannya. Masing-masing punya sifat khas yang bikin cerita lebih hidup, walaupun ada juga yang cuma jadi alat biar jalan ceritanya makin brutal. Si pretty boy dengan “twist” kecil di akhir, misalnya, udah ketebak banget, nggak bikin kaget. Tapi lumayan lah jadi bumbu tambahan. Hank Olsen malah jadi yang paling drastis, bisa dibilang bener-bener putar balik 180 derajat. Terus ada Ray Garraty, tokoh utama, sederhana tapi punya kompleksitas sendiri. Persahabatan di antara mereka sedikit bikin keinget Stand by Me. Jenis pertemanan yang tulus dan bikin haru.

Ending filmnya nusuk banget. Nunjukin sisi manusiawi: emosi dan ikatan itu kuat banget. The things people do to preserve a relationship, indah sekaligus nyakitin. C’est la vie. Endingnya memorable, emosional, manusiawi, berantakan tapi cantik.

Dialognya tajam, aktingnya juga berbobot. Bikin mikir soal dunia, cara pandang orang, sama gimana latar belakang bisa bikin orang lihat hidup dengan cara berbeda. Juga, jelas banget film ini juga sindiran pedas buat pemerintah. Relevan sama kondisi sekarang, di mana banyak negara justru menekan rakyatnya sendiri. Selama itu masih jalan, perubahan nggak bakal kejadian. Padahal yang dicari masyarakat ya cuma perubahan ke arah yang lebih baik.

Film ini punya gede banget buat jadi cult classic, walaupun Minvies masih belum yakin kenapa rasanya belum sampai ke titik itu. Mungkin ada hubungannya sama arahan sutradara, tapi gak taulah. Intinya The Long Walk is a very impressive watch dan gak sekedar nyoba buat nyuapin pesan moral secara paksa kepada penonton. Filmnya bermakna, menyentuh, sadis dan melankolis. Ditulis dan disutradarai dengan baik, dan skoringnya is a nice touch to the film. Powerful.

Rate: 4,5/5

Leave a Reply

cropped-cropped-GAC-MEDIA-LOGO.png

Gac-Media.com Media komunitas adalah platform media yang dimiliki, dikelola, dan diproduksi oleh anggota komunitas lokal untuk memenuhi kebutuhan informasi, ekspresi, dan partisipasi mereka.

Cinere Resort Apartemen, Depok Jawa Barat, 16512

© 2025 Gac-Media.com - Platform Media Komunitas.