Review film Freakier Friday (2025)

Cart Items 0

No products in the cart.

Sejak tahun 2024, Hollywood tengah dilanda gelombang kebangkitan komedi klasik yang kembali ke layar lebar dalam bentuk sekuel atau reboot. Film-film legendaris seperti Ghostbusters, Beetlejuice, Beverly Hills Cop, hingga Karate Kid mendapatkan kelanjutan cerita yang menyegarkan dan menggabungkan elemen nostalgia dengan pembaruan karakter. Tren ini tidak berhenti di situ; tahun 2025 pun menghadirkan sederet judul ikonik yang kembali, mulai dari The Naked Gun, Happy Gilmore 2, This Is Spinal Tap II, hingga salah satu yang paling ditunggu-tunggu: Disney’s Freakier Friday.

Film ini mempertemukan kembali dua bintang utama dari versi 2003 yang dicintai banyak orang, Lindsay Lohan dan Jamie Lee Curtis, sebagai Anna dan Tess. Mereka kembali memerankan karakter legendaris ibu dan anak yang pernah mengalami pertukaran tubuh paling kacau sekaligus lucu dalam sejarah film remaja Disney. Kali ini, keduanya hadir dengan dinamika yang jauh lebih kompleks dan dewasa.

Yang aku sukai dari Freakier Friday adalah bagaimana film ini, seperti halnya Bridget Jones: Mad About the Boy atau Beetlejuice Beetlejuice, berhasil mengelevasi tema girlhood menuju womanhood. Kita tidak lagi hanya melihat remaja yang kewalahan menjalani hari-harinya, tapi juga seorang ibu dan anak yang kini telah menjadi wanita dewasa dengan tantangan yang lebih kompleks—termasuk mengasuh anak, menghadapi dinamika keluarga, dan menemukan kembali identitas pribadi mereka. Jika di film pertama kita menyaksikan hubungan antara ibu dan remaja yang penuh benturan dan kesalahpahaman, kini kita melihat bagaimana mereka tumbuh menjadi perempuan dewasa dengan kehidupan yang berubah: Anna sudah menjadi ibu, Tess pun menghadapi tantangan baru dalam keluarga yang lebih luas dan beragam.

Film ini bukan sekadar tentang “bertukar tubuh” lagi. Ada refleksi mendalam tentang menjadi ibu, menjadi pasangan, dan menjadi diri sendiri di tengah dinamika keluarga modern. Premisnya memang klasik: pertukaran tubuh sebagai sarana untuk memahami satu sama lain, tetapi eksekusinya justru memberikan ruang eksplorasi emosional yang kaya. Apalagi dengan tambahan karakter baru seperti anak Anna, Harper, dan anak tiri barunya, Lily, yang juga ikut mengalami pertukaran tubuh. Keempat karakter ini menghadirkan benturan generasi yang membuat film ini semakin hidup, penuh kekacauan, tapi juga menyentuh.

Elemen komedi fisiknya pun tidak hilang. Justru lebih “freakier” dari sebelumnya. Ada banyak adegan slapstick yang bikin ketawa lepas, mulai dari terpeleset, berbicara dengan bahasa tubuh yang salah, hingga ekspresi kebingungan total ketika karakter harus hidup dalam tubuh orang lain. Tapi di balik itu semua, ada momen-momen yang sangat tulus tentang kehilangan, cinta, dan hubungan antargenerasi yang berubah, namun tetap erat.

Yang membuat film ini terasa begitu kuat adalah chemistry tak tergantikan antara Lohan dan Curtis. Setelah 22 tahun, mereka tetap membawa kehangatan, kekonyolan, dan energi yang membuat hubungan ibu-anak mereka terasa nyata. Mereka bukan hanya memerankan karakter, mereka hidup sebagai mereka. Film ini benar-benar tumbuh bersama karakter dan penontonnya.

Keputusan yang baik bagi Disney untuk menggunakan sutradara perempuan untuk film ini. Nisha Ganatra mengerti nilai estetika dan sentimentalitas franchise ini, memahami dinamika empati ibu-anak dan proses tumbuh perempuan sejati, serta densitif terhadap representasi karakter perempuan dan generasi muda. Perhatian ekstra pun diberikannya terhadap representasi multikultural dan karakter anak perempuan yang unik, serta menampilkan harmoni yang natural dan humor yang menyatu dengan latar keluarga modern, tanpa menyudutkan satu gender atau generasi manapun.

Freakier Friday (2025) sukses menggabungkan kekacauan khas komedi klasik dengan lapisan emosional yang hangat dan relevan. Didukung penampilan kuat dari Lindsay Lohan dan Jamie Lee Curtis serta sentuhan peka dari sutradara Nisha Ganatra, film ini berkembang bersama penontonnya dan memperdalam arti hubungan ibu-anak lintas generasi. Meski tetap mengandalkan formula lama yang membuatnya terasa sedikit repetitif, film ini tetap berusaha menyuguhkan sesuatu yang segar dan bermakna.

Rate: 3,5/5
by Ilyas

Leave a Reply

cropped-cropped-GAC-MEDIA-LOGO.png

Gac-Media.com Media komunitas adalah platform media yang dimiliki, dikelola, dan diproduksi oleh anggota komunitas lokal untuk memenuhi kebutuhan informasi, ekspresi, dan partisipasi mereka.

Cinere Resort Apartemen, Depok Jawa Barat, 16512

© 2025 Gac-Media.com - Platform Media Komunitas.

This will close in 0 seconds